Inovasi dan Teknologi Mendukung Kinerja VICI di 2021
Jakarta, CNBC Indonesia – “Innovation First,” demikian Direktur Utama PT Victoria Care Indonesia Tbk (VICI) Billy Hartono Salim memberikan penegasan arti pentingnya inovasi bagi Perusahaannya. “Inovasi bagaikan darah yang mengalir ke seluruh tubuh dan salah satu tugasnya adalah membawa oksigen ke otak,” kata Billy menegaskan.
Begitulah yang terjadi pada PT Victoria Care Indonesia Tbk (VICI). Sebagai perusahaan consumer goods produk kesehatan, kosmetik dan perawatan tubuh, inovasi dan teknologi menjadi hal vital dalam mendukung kinerja 2021, terutama di tengah pandemi Covid-19.
“Nah sama halnya dengan innovation yang akan mengalir ke semua bagian dalam perusahaan yang akan menghidupkan dinamika perusahaan, bukan hanya produk dan juga pemasaran tetapi semua bagian,” ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (22/2/2021).
Inovasi yang dilakukan VICI salah satunya di bagian produk kesehatan, yang baru diluncurkan beberapa waktu lalu antara lain desinfektan, hand sanitizer, handwash hingga produk toilet seat.
“Produk diluncurkan 2020 related dengan kesehatan. Kami meluncurkan dan mendistribusikan produk secret clean, hand sanitizer, desinfektan, yang total kontribusi lumayan besar,” ujarnya.
Produk-produk tersebut ternyata sesuai harapan sehingga produk baru kesehatan yang diluncurkan pada tahun 2020 berhasil memberikan kontribusinya sebesar 10%-15% terhadap penjualan. Hingga tahun 2021, produk kesehatan diyakini masih akan tumbuh di atas 15% seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang kini cenderung meningkatnya kesadaran untuk menjaga kesehatan diri.
Tak hanya produk kesehatan, inovasi melalui produk perawatan rambut juga menunjang penjualan. Rangkaian warna baru dari pewarna rambut Miranda, yang diluncurkan pada Desember tahun lalu laris manis di pasaran. Hal ini tercermin dengan imbas penjualannya pada bulan Januari tahun ini.
Selain inovasi dan peluncuran produk baru atau pengembangan produk yang sudah ada, VICI juga mencanangkan inovasi di bidang pemasaran dan penjualan. VICI pun merangkul marketplace dan melibatkan Key Opinion Leader (KOL). “Bayangkan saat seperti ini bekerjasama dengan Raffi Ahmad, Atta halilintar, Baim Wong, KOL yang mendukung brand tadi,” katanya lagi.
Jadi, Inovasi dalam pengembangan produk dan pemasaran menuntut ide-ide segar dan kreatif yang bisa memahami kebutuhan konsumen tentang produk yang sedang diminati pada saat tertentu.
3S Kunci Memenangkan Persaingan
Billy tak memungkiri bagaimana hebatnya persaingan di industri seperti fashion dan lifestyle. Menurutnya, persaingan di industri seperti ini juga sangat ketat. Namun VICI memiliki senjata rahasia untuk memenangkan persaingan, yaitu Budaya 3S.
“Dengan selalu mengedepankan budaya kami yaitu 3S, smart speed simple,” ungkapnya.
Terkait 3S ini, dia menjelaskan bahwa ini merupakan budaya yang diterapkan di VICI dalam keseharian bekerja. Dalam persaingan yang begitu ketat, maka putusan-putusan yang cermat dan cepat tanpa birokrasi yang rumit akan mempercepat VICI dalam mengeksekusi berbagai hal. Misalnya dalam hal pengembangan produk baru, menjalankan program promosi yang cepat dan innovative dan juga terobosan2 dalam semua department.
“3S Cukup berperan dan di tengah situasi seperti tahun lalu, keputusan-keputusan yang cepat sangat dibutuhkan untuk tetap mempertahankan keberadaan perusahaan dan juga di tengah persaingan yang begitu ketat,” akunya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasional VICI, Sumardi Widjaja memaparkan produk unggulan apa saja yang dimiliki VICI saat ini, Mulai dari pewarna rambut hingga perawatan tubuh.
Produk unggulan pewarna Rambut Miranda, sudah dipasarkan dan dijual sejak 2007 yang lalu. Setelah hampir 14 tahun, Miranda Hair Color sudah bisa menjadi produk pilihan konsumen, karena kualitas warnanya yang bagus, cepat diaplikasikannya dan juga tahan lama. Permintaan produk pewarna rambut terus meningkat hingga awal tahun ini, bahkan telah menjadi market leader dengan penguasaan pangsa pasar yang terus meningkat yang tahun 2020 telah mencapai 25%.
“Selain itu, kami juga mempunyai produk unggulan di perawatan tubuh yaitu Herborist Minyak Zaitun, produk ini sangat bagus untuk membuat kulit tetap lembut, dan tetap lembab (tidak kering),” tuturnya.
Terkait inovasi pemasaran, dia membeberkan beberapa hal. Diantaranya bagaimana mengedepankan promosi yang sifatnya kekinian.
“Promosi yang sifatnya ‘kekinian’, tentunya hal ini beberapa tahun yang lalu belum atau tidak pernah diadakan, namun hari ini justru hal itu sangat berdampak bagus pada pemasaran dan penjualan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, akhir tahun lagi VICI resmi melantai di pasar modal. VICI melepas 15,02% sahamnya ke publik dan memperoleh dana senilai Rp 100,80 miliar. Dana segar hasil IPO ini akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan sebanyak 26% dan 74% untuk modal kerja.
Hingga Juli 2020, perusahaan mencatat penjualan mencapai Rp 617,96 miliar. Sedangkan hingga Desember 2019 lalu pendapatan perusahaan mencapai Rp 797,79 miliar. Secara rata-rata, Gross Profit Margin (GPM) per tahun selama empat tahun berturut-turut di atas 50%.
Sementara itu net income selama tujuh bulan tahun 2020 sudah tercapai Rp 97,07 miliar sedangkan selama 12 bulan tahun 2019, net income perseroan sebesar Rp 111,76 miliar.
Baru-baru ini, perseroan juga melakukan ekspansi penambahan Oemah Herborist di Rest Area KM 72A, Tol Purbaleunyi pada Jumat, 18 Desember 2020. Saat ini, perseroan sudah memiliki sebanyak 70 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Semarang hingga Makassar. Di gerai tersebut, perseroan menjual produk-produk Herborist.
“Oemah Herborist Beauty Factory ini memiliki konsep yang berbeda dengan Oemah Herborist lainnya,” kata Sumardi Widjaja kala itu.
Victoria Care Indonesia merupakan perusahaan yang sudah berdiri sejak 2007, menawarkan produk kecantikan dan perawatan tubuh dengan merk Herborist seperti lulur, body butter, minyak zaitun, lotion, sabun, masker wajah, vitamin rambut, pewarna rambut, sampo dan lain-lain.
Perusahaan mengedepankan strategi R&D dan produksi yang fleksibel sehingga bisa memenuhi kebutuhan dan menambah produk baru. Hal ini dilakukan untuk menanggapi dengan cepat tren-tren baru yang terjadi di pasar serta menyesuaikan dengan perubahan pola konsumen.
Produknya dipasarkan di dalam negeri dan beberapa negara di Asia seperti Jepang, Cina, Korea, Malaysia, Brunei Darussalam dan Hong Kong.
Di dalam negeri, perusahaan memiliki lima kantor cabang, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Denpasar, dengan 30 distributor, 60.000 pengecer tradisional dan 9.000 pengecer modern serta 3.000 pedagang grosir tradisional.